Senin, 19 November 2018

Persentasi Inovasi Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual dan Dampaknya terhadap Kemampuan Berpikir kreatif

Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual

Nurhadi dalam Rusman (2014) mengatakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru.

Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual

CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apapun, bidang studi apapun, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Model pembelajaran CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:

Fase 1
Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai siswa serta manfaatnya dari proses pembelajaran serta pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. Guru menggali pengetahuan awal siswa serta menganalisis miskonsepsi siswa (Konstruktivism).
Fase 2
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil.Guru menyajikan model atau fenomena dan setiap kelompok diberi tugas untuk melakukan observasi. Melalui observasi yang dilakukan, siswa ditugaskan diminta untuk menyampaikan gagasan yang dimilikinya terkait dengan materi yang dipelajari dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru (Modelling).
Fase 3
Guru melakukan tanya jawab seputar tugas yang harus dilakukan oleh setiap kelompok siswa guna mencapai tujuan pembelajaran (Questioning).
Fase 4
Siswa melakukan observasi dan mencatat hasil observasinya dengan menggunakan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya. Siswa menganalisis hasil observasinya (Inquiry).
Fase 5
Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompok masing-masing. Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya dalam pleno kelas. Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan kelompok lainnya (Learning Community).
Fase 6
Dengan bantuan guru, siswa menyimpulkan hasil observasinya. Simpulan tersebut merupakan pengetahuan atau keterampilan baru yang diperoleh dalam proses pembelajaran melalui penemuan.
Guru melakukan penilaian autentik dan memberi tugas kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman, memperluas dan memperdalam pengetahuan berkaitan dengan topik yang telah dipelajari. Siswa juga melakukan refleksi diri (Authentic assessment).

Komponen Utama Model Pembelajaran Kontestual

Menurut Trianto (2014) pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu, Constructivism (konstruktivisme), Inquiry (menemukan) , Questioning (bertanya), Learning Community (masyarakat belajar), Modeling (pemodelan), Reflection (refleksi) dan Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya).
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivistik merupakan landasan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dalam kontruktivistik, strategi lebih diutamakan dibanding seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Dalam kontruktivis, lebih diutamakan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara:
  • Menjadikan pengetahuan bermakna bagi siswa
  • Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri
  • Menyadarkan siswa menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2. Pemodelan (Modelling)

Dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru siswa, misalnya cara mengoperasikan suatu mesin, guru mendatangkan ahlinya kesekolah agar peserta didik dapat menirunya dan lain sebagainya. Pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya.

3. Bertanya (questioning)

Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan dan aspek penting dari pembelajaran. Guru menggunakan Questioning (bertanya) untuk menuntun siswa berpikir bukannya penjejalan berbagai informasi penting yang harus dipelajari siswa. Bertanya digunakan sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Inti dari penerapan bertanya (questioning):
  • Mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu
  • Mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi
  • Melatih siswa untuk berpikir kritis
4. Menemukan (inquiry)

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus merancang suatu pembelajaran dalam bentuk kegiatan nememukan (inquiri) dalam bentuk apapun materinya yang diajarkan. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry:

  • Observasi (Observation)
  • Bertanya (Questioning)
  • Mengajukan dugaan (Hipotesis)
  • Pengumpulan data (Data gathering)
  • Penyimpulan (Conclussion)
5. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar artinya bahwa seseorang kaya dengan pengetahuan dan pengalaman tatkala mereka banyak belajar dari orang lain, dalam masyarakat belajar hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerja sama dengan orang lain dengan sharring antar teman, antar kelompok dan mereka yang tahu ke yang belum tahu.Masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan maupun bakat dan minatnya. Praktik dalam pembelajaran ”masyarakat belajar” terwujud dalam:

  • Pembentukan kelompok kecil
  • Pembentukan kelompok besar
  • Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, budayawan, petani, perawat, polisi, dll)
  • Bekerja dengan kelas sederajat
  • Bekerja kelompok dengan kelas yang diatasnya
  • Bekerja dengan masyarakat
6. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan guru/pelajar menghubungkan antara pengetahuan peserta didik yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, pembelajar menyisakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi, berupa pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari ini, catatan atau jurnal dari buku peserta didik , kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari itu.

7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Prosedur penilaian otentik adalah menunjukkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) peserta didik secara nyata penekanan penilaian otentik adalah pada penilaian yang tidak hanya mengacu pada hasil akan tetapi penilaian pada proses, bagaimana peserta didik memperoleh dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Indikator Berpikir Kreatif

Munandar (2012) berpendapat untuk mengetahui tingkat kekreatifan seseorang, perlu adanya penilaian terhadap kemampuan berpikir kreatif. Berikut indikator penilaian berpikir kreatif beserta perilakunya.
1. Berpikir lancar (Fluency)
  • Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan
  • Arus pemikiran lancar
2. Berpikir luwes (flexibility)
  • Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam
  • Mampu mengubah cara atau pendekatan
  • Arah pemikiran yang berbeda
3. Berpikir orisinil (Originality)
  • Meberikan jawaban yang tidak lazim
  • Memberkan jawaban yang lain dari pada yang lain
  • Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang
4. Berpikir terperinci (elaboration)
  • Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
  • Memperinci detail-detail
  • Memperluas suatu gagasan

Sintaks Inovasi yang saya buat

Sintaks Model berdasarkan skripsi oleh Ernance Siregar berjudul “analisis keterlaksanaan model pembelajaran contextual teaching and learning (ctl) dan pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi larutan asam basa di sman 8 kota jambi
Materi              : Larutan Asam-Basa
Model              : Contextual Teaching and Learning
Pertemuan       : Ke-1
No.
Model Konvensional
(Model Kontekstual)
No.
Inovasi Sintaks Model Kontekstual
Dampak Berpikir Kreatif
1.
Konstruktivisme (Konstrutivisme)
1.
Konstruktivisme (Konstrutivisme)

Mengkondisikan siswa
Mengkondisikan siswa

Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai
Memberikan pertanyaan mengenai pengetahuan sebelumnya                      

Memberikan pertanyaan mengenai pengetahuan sebelumnya        
Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai

Menggali pengetahuan awal siswa            
Menggali pengetahuan awal siswa mengenai materi larutan asam basa
·   Memberikan gagasan yang bervariasi (Aspek Keterampilan Berpikir Luwes)
2.
Pemodelan (Modelling)
2.
Pemodelan (Modelling)

Mengarahkan siswa membentuk kelompok
Mengarahkan siswa membentuk kelompok dengan catatan siswa yang malas atau sering main-main saat belajar dibagi rata disetiap kelompok dan duduk paling depan pada barisan kelompok dan ditugaskan kepadanya menjadi seorang notulen kelompok

Menampilkan video/ media/ fenomena dan mengajukan pertanyaan
Mengenalkan dahulu model atau langkah-langkah pembelajaran yang seharusnya dilakukan siswa dalam pembelajaran ini

Memberikan LKPD Larutan asam basa kepada masing-masing siswa

Menampilkan video berupa fenormena larutan asam basa dan mengajukan pertanyaan kepada siswa

3.
Bertanya (Questioning)
3.
Menemukan (Inquiry)

Membimbing siswa untuk melakukan tanya jawab
Membimbing siswa untuk melakukan observasi dan mencatat setiap pengamatan yang dilakukannya
·   Membuat laporan dengan detail dan berbeda (Aspek Kemampuan Berpikir Detail)
Mengarahkan siswa mencari tahu mengenai materi larutan asam basa dari berbagai sumber

Mengawasi siswa selama proses observasi berlangsung

Membimbing siswa untuk melakukan analisis dari setiap observasi yang dilakukannya
·  Mencetuskan masalah, gagasan atau hal – hal yang tak terpikirkan orang lain (Aspek Kemampuan Berpikir Orisinil)
·  Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, atau saran dengan lancar dan tepat (Aspek Kemampuan Berpikir Lancar)
4.
Menemukan (Inquiry)
4.
Masyarakat Belajar (Learning Community)

Membimbing siswa mencari tahu sendiri materi pelajaran dari berbagai sumber         
Mempersilahkan siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing dan melakukan proses diskusi
·   Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak (Aspek Kemampuan Berpikir Lancar)
·   Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, atau saran dengan lancar dan tepat (Aspek Kemampuan Berpikir Lancar)
·   Memberikan gagasan yang bervariasi (Aspek Keterampilan Berpikir Luwes)
·   Mencetuskan masalah, gagasan atau hal – hal yang tak terpikirkan orang lain (Aspek Kemampuan Berpikir Orisinil)
Mengarahkan  siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kelompoknya masing-masing
·   Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, atau saran dengan lancar dan tepat (Aspek Kemampuan Berpikir Lancar)
·   Memberikan gagasan yang bervariasi (Aspek Keterampilan Berpikir Luwes)
·   Mencetuskan masalah, gagasan atau hal – hal yang tak terpikirkan orang lain (Aspek Kemampuan Berpikir Orisinil)
Mengarahkan siswa untuk menjawab LKPD berdasarkan observasi dan analisis yang dilakukan
·   Menciptakan ide – ide atau hasil karya yang berbeda dan baru (Aspek Kemampuan Berpikir Orisinil)
Mempersilahkan perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
·   Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain (Aspek Kemampuan Berpikir Detail)
Mempersilahkan setiap kelompok untuk mengajukan pertanyaan pada kelompok lainnya
·   Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain (Aspek Kemampuan Berpikir Detail)
·   Mencetuskan masalah, gagasan atau hal – hal yang tak terpikirkan orang lain (Aspek Kemampuan Berpikir Orisinil)
Mempersilahkan setiap kelompok untuk menjawab pertanyaan pada kelompok lainnya
·   Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain (Aspek Kemampuan Berpikir Detail)
·   Memberikan gagasan yang bervariasi (Aspek Keterampilan Berpikir Luwes)
5.
Masyarakat Belajar (Learning Community)
5.
Bertanya (Questioning)

Membantu siswa menganalisis permasalahan yang diberikan
Membimbing siswa untuk berani bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami oleh siswa
·   Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain (Aspek Kemampuan Berpikir Detail)
·   Mencetuskan masalah, gagasan atau hal – hal yang tak terpikirkan orang lain (Aspek Kemampuan Berpikir Orisinil)
Memberikan kesempatan tanya jawab seputar hasil diskusi     
Membimbing siswa untuk berani dalam mengemukakan pendapat yang dimilikinya
·   Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain (Aspek Kemampuan Berpikir Detail)
·   Mencetuskan masalah, gagasan atau hal – hal yang tak terpikirkan orang lain (Aspek Kemampuan Berpikir Orisinil)
·   Memberikan gagasan yang bervariasi (Aspek Keterampilan Berpikir Luwes)
Membimbing siswa untuk bersama-sama membuat kesimpulan berdasarkan hasil diskusinya
·   Memberikan gagasan yang bervariasi (Aspek Keterampilan Berpikir Luwes)
6.
Refleksi (Reflection)
6.
Refleksi (Reflection)

Memberikan Penguatan
Membimbing siswa untuk mengevaluasi
ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung dan membuat suatu ringkasan
·   Memberikan gagasan yang bervariasi (Aspek Keterampilan Berpikir Luwes)
·   Membuat laporan dengan detail dan berbeda (Aspek Kemampuan Berpikir Detail)
Membimbing siswa untuk membuat ringkasan
7.
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
7.
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

Membantu siswa menyimpulkan
Membimbing siswa untuk mengerjakan tugas akhir yang diberikan

Memberikan tes akhir
Mengawasi siswa selama proses pengerjaan soal

Berdasarkan uraian di atas, timbul permasalahan sebagai berikut:

  1. Menurut pendapat kalian langkah pembelajaran kontestual keberapa yang dapat menimbulkan secara nyata aspek berpikir kreatifnya?
  2. Lalu apa saran dan pendapat saudara terhadap inovasi sintaks yang saya buat?

15 komentar:

  1. Menanggapi pertanyaan pertama, menurut pendapat saya langkah pembelajaran kontestual yang dapat menimbulkan secara nyata aspek berpikir kreatif adalah pada tahap "learning community" atau belajar bersama. Karena pada tahap ini siswa sangat dituntut keterampilannya dalam berdiskusi untuk mengemukakan pendapat sesuai dengan masalah apa yang sedang dibahas. Pada tahap ini segenap kemampuan berfikir kreatifnya akan terangsang untuk menanggapi berbagai permasalahan.

    BalasHapus
  2. menurut saya langkah pembelajaran kontestual yang dapat menimbulkan secara nyata aspek berpikir kreatifnya langkah pembelajaran ke 3 pada inovasi sintaks yaitu inquiry pada tahap membimbing siswa melakukan analisis dari setiap observasi yang dilakukannya. karna Berpikir kreatif itu sendiri adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju dengan pendapat rini, pada pertanyaan pertama yaitu langkah pembelajaran kontestual keberapa yang dapat menimbulkan secara nyata aspek berpikir kreatifnya?
      langkah pembelajaran kontestual yang dapat menimbulkan secara nyata aspek berpikir kreatif adalah pada tahap 3 yaitu inquiry karena dalam melakukan observasi siswa dibimbing untuk menganalisis dari menemukan nantinya akan timbul pikiran/gagasan kreatif yang akan menuntun siswa.

      Hapus
  3. menurut saya bagian sintaks yang lebih menekankan pada keterampilan berpikir kreatif adalah inkuiri dimana Menurut Trianto (2009) inkuiri ini merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dari menemukan sendiri ini nantinya akan timbul pikiran/gagasan kreatif yang akan menuntun siswa. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri menurut Yatim Riyanto (2010) terdiri dari:
    a) Observasi
    b) Bertanya
    c) Mengajukan dugaan (hipotesis)
    d) Pengumpulan data
    e) Penyimpulan
    Penerapan asas ini dalam proses pembelajaran CTL, dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan, dengan demikian siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Masalah yang telah dipahami dengan jelas, kemudian dibuat batasan-batasan yang selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara. Hipotesis tersebutlah yang akan menuntun siswa melakukan observasi dalam rangka pengumpulan data. Manakala data sudah terkumpul, maka siswa dituntun untuk menguji hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan.

    BalasHapus
  4. Menurut saya langkah yg lebih memunculkn sikap kreatif adalah saat langkah inkuiri dan masyarakat belajar. Karena dilangkah itulah siswa benar2 belajar sambil melakukan sesuatu berupa pembuktian atau praktikum kemudian berdikusi dengan teman2 dan mencari sumber2 lain dgn inisiatifnya sndiri agar hasil yg mereka dptkan lebih kuat dgn dukungan teori.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat degan dian langkah yg lebih memunculkan sikap kreatif adalah saat langkah inkuiri dan masyarakat belajar. karena pada tahap inquiri siswa akan berusaha mengumpulkan data dan menganasisnya sehingga akan memunculkan gagasan-gagasannya terhadap hasil yang diperoleh tersebut kemudian pada masyarakat belajar siswa akan menyampaikan hasil gagasannya tersebut dan mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan yang bersal dari orang lain

      Hapus
    2. saya sependapat dengan dian dan syafira yang akan menimbulkan sikap kreatif siswa yaitu pada langkah inquiry dan masyarakat belajar. Namun ide kreatif siswa juga dapat dimunculkan pada langkah modeling, karena pada modeling adanya proses guru bertanya. karena pada saat guru bertanya dapat menimbulkan berbagai sumber pemikiran siswa.

      Hapus
  5. saya stuju dengan pendapat teman-teman diatas berpikir kreatif siswa akan muncul pada alngkah inquiry dan learning community, dimana pada tahapan ini siswa menjadi aktif pada setiap poin berpikir kreatif
    1. Berpikir lancar
    Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan DAN Arus pemikiran lancar DALAM MENEMUKAN JAWABAN PERMASALAHAN DAN PENGAMATAN
    2. Berpikir luwes
    Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam DENGAN DISKUSI KELOMPOK
    3. Berpikir orisinil
    Memberkan jawaban yang lain dari pada yang lain
    4. Berpikir terperinci
    Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
    Memperinci detail-detail DENGAN MENCARI DARI BERBAGAI SUMBER

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Saya sependapat dengan kak melda yg mengatakan "berpikir kreatif siswa akan muncul pada langkah inquiry dan learning community, dimana pada tahapan ini siswa menjadi aktif pada setiap poin berpikir kreatif
      1. Berpikir lancar -
      Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan DAN Arus pemikiran lancar DALAM MENEMUKAN JAWABAN PERMASALAHAN DAN PENGAMATAN
      2. Berpikir luwes
      Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam DENGAN DISKUSI KELOMPOK
      3. Berpikir orisinil
      Memberkan jawaban yang lain dari pada yang lain
      4. Berpikir terperinci
      Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
      Memperinci detail-detail DENGAN MENCARI DARI BERBAGAI SUMBER".
      Jika penerapannya dilakukan dengan baik, tidak menutup kemungkinan hasilnya akan sangat baik pula.

      Hapus
    3. saya sependapat dengan sugeng, melda dan teman-teman lainnya bahwa tahap inquiry dan learning community memiliki peran yang sangat penting jika ingin meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, jika guru dapat berinovasi dan berimprovisasi dengan baik pada saat pelaksanaan pembelajaran, maka sintaks ini pun nantinya akan mencapai hasil yang optimal

      Hapus
    4. saya setuju dengan pendapat kk rini dan teman-teman lainnya jika tahap inquiry dan learning community memiliki peran yang sangat penting jika ingin meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, jika guru dapat berinovasi dan berimprovisasi dengan baik pada saat pelaksanaan pembelajaran, maka sintaks ini pun nantinya akan mencapai hasil yang optim

      Hapus
  6. dari berbagai tahapan tadi menurut saya pada tahapan inquiri dan learning dapat meningkatkan kemampuan kreatif siswa. peran guru untuk berinovasi lebih dapat mengoptimalkan hasil. namun menurut saya pada tahapan bertanya, tidak kalah menariknya untuk meningkatkan berfikir kreatif, guru harus membimbing siswa agar lebih aktif bertanya.

    BalasHapus
  7. Saya sependapat dengan teman2 di atas,berpikir kreatif siswa akan muncul pada alngkah inquiry dan learning communnity

    Dimana Pada dasarnya, konsep kreatif adalah ditemukannya sesuatu yang baru, bukan tiruan,
    orisinil, bebas, dan menampakkan suatu jalan yang imaginatif mengenai proses berpikir serta
    untuk mengerjakan sesuatu menjadi kreatif. Hal ini menjelaskan bahwa hakikat kreativitas
    adalah pernyataan pengetahuan dari berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk
    menghasilkan ide-ide yang baru dan lebih baik. Kreativitas juga melibatkan seseorang dalam
    penemuan cara-cara baru dan lebih baik dalam mengerjakan berbagai hal.

    Kreativitas dalam pendidikan adalah proses produksi sesuatu yang baru, unik dan
    inovatif di bidang pendidikan. Pendidikan adalah istilah yang sangat luas yang mencakup
    pendidikan mulai dari pelatihan profesional untuk mengajar di dalam kelas, hubungan dosen
    ke orang tua, dan sebagainya. Kreativitas dalam pendidikan dapat dicapai oleh dosen, dan
    peserta didik secara bersama-sama.
    Dari definisi tersebut, pada dasarnya terdapat kesamaan penekanan bahwa kreativitas
    pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
    berupa gagasan maupun karya nyata, termasuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal
    yang sudah ada, yang menghasilkan sesuatu berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
    Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa ciri-ciri kreativitas adalah sebagai
    berikut:
    1. Gagasan baru
    2. Gagasan asli (tidak meniru)
    3. Gagasan yang merupakan hasil kombinasi ide yang sudah ada
    4. Berbeda dengan yang pernah ada/sudah ada
    5. Unik, dan
    6. Dapat diterapkan untuk memecahkan masalah, memperlancar/ memudahkan pekerjaan
    atau dapat mendatangkan hasil lebih baik.

    BalasHapus
  8. Casino Review - Dr. mcd
    The casino is a very modern 하남 출장안마 gambling establishment with the addition of 서귀포 출장안마 over 200 games to 목포 출장안마 the casino floor. The casino 통영 출장마사지 has more than 1000 구미 출장샵 games from a variety of

    BalasHapus